Bab
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sejalan dengan perkembangan zaman.
Ranah perkembangan pendidikan pun semakin berkembang. Dengan hal itu maka
strategi pembelajaran pun harus dikembangkan dari yang sebelumnya. Dengan
tujuan untuk mencapai kesuksesan dalam pembelajaran agar para siswa yang
dididik semakin terampil dan siap dalam persaingan diera yang modern ini.
Kurikulum pun harus dikembangkan
dengan cara yang lebih baik agar setiap
tujuan dari pendidikan akan tercapai. Dalam mendidik siswa yang harus
diperhatikan adalah bagaimana seorang guru dapat mengoptimalkan kemampuan siswa
dalam memcerna materi pembelajaran. Pengembangan kurikulum pun harus sesuai
dengan tujuan dari diadakannya kurikulun tersebut.
B.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk
mendeskripsikan taksonomi tujuan pendidikan dan rumus-rumusnya.
C.
Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh yaitu pembaca dapat lebih
mengerti dan memahami taksonomi tujuan pendidikan.
Bab
II
PEMBAHASAN
A. Taksonomi Tujuan Pendidikan
Taksonomi
tujuan pendidikan merupakan suatu kategorisasi tujuan pendidikan, yang umumnya
digunakan sebagai dasar untuk merumuskan tujuan kurikulum dan tujuan
pembelajaran. Taksonomi tujuanpendidikan terdiri dari domain-domain kognitif,
afektif, dan psikomotorik.
(http://zuwaily.blogspot.com/2013/04/taksonomi-tujuan-pendidikan.html#.UjkSj39F-XQ), (Hamalik O. 1994. Kurikulim dan Pembelajaran.
Bumi Aksara: Jakarta )
Berbicara tentang taksonomi perilaku
siswa sebagai tujuan belajar, saat ini para ahli pada umumnya sepakat untuk
menggunakan pemikiran dari Bloom (Gulo, 2005) sebagai tujuan pembelajaran, yang
dikenal dengan sebutan taksonomi Bloom (Bloom’s Taxonomy). (http://catarts.wordpress.com/2012/06/15/taksonomi-tujuan-pendidikan-bloom/
).
1.
Matra
kognitif
Matra
kognitif menitikberatkan pada proses intelektual. Bloom mengemukakan
jenjang-jengang tujuan kognitif, sebagai berikut :
a. Pengetahuan.
Pengetahuan merupakan pengingatan bahan-bahan yang telah dipelajari, mulai dari
fakta sampai teori, yang menyangkut informasi yang bermanfaat, seperrti :
istilah umum, fakta-fakta khusus, metode dan prosedur, konsep dm prinsip.
b. Pemahaman. Pemahaman adalah abilitet untuk menguasai pengertian. Pemahaman tampak pada alih bahan dari suatu bentuk lainnya, penafsiran dan perkiraan. Contoh : memahami fakta dan prinsip, menafsirkan bahan lisan, menafsirkan bagan, menerjemahkan bahan verbal ke rumus matematika.
b. Pemahaman. Pemahaman adalah abilitet untuk menguasai pengertian. Pemahaman tampak pada alih bahan dari suatu bentuk lainnya, penafsiran dan perkiraan. Contoh : memahami fakta dan prinsip, menafsirkan bahan lisan, menafsirkan bagan, menerjemahkan bahan verbal ke rumus matematika.
c. Penerapan ( aplikasi ).
Penerapan adalah abilitet untuk menggunakan bahan yang telah dipelajari ke
dalam situasi baru yang nyata, meliputi
: aturan, metode, konsep, prinsip, huskum, teori. Contoh : melaksanakan konsep
dan prinsip ke situasi baru, melaksanakan hukum dan teori ke situasi praktis,
mempertunjukkan metode dan prosedur.
d. Analisis ( pengkajian ). Analisis adalah abilitet untuk merinci bahan
menjadi bagian-bagian supaya struktur organisasinya mudah dipahami, meliputi
identifikasi bagian-bagian, mengkaji hubungan antara bagian-bagian, mengenali
prinsip-prinsip organisasi. Contoh : menyadari asumsi-asumsi , menyadari logika
dalam pemikiran, membedakan fakta dan inferensi.
e. Sintesis.
Sintesis adalah abilitet mengkombinasikan bagian-bagian menjadi suatu
keseluruhan baru, yang menitikberatkan pada tingkah laku kreatif dengan cara
memformulasikan pola dan struktur baru. Contoh: menulis ceita pendek yang
kreatif, menyusun rencana eksperimen, menggunakan bahan-bahan untuk memecahkan
masalah.
f. Eevaluasi.
Evaliasi adalah anilitet untuk mempertimbangakan nilai bahan untuk maksud
tertentu berdasarkan kriteria internal dan kriteria ekternal. Contoh :
mempertimbangakan konsistensi bahan tertulis, kemantapan suatu konklusi
berdasarkan data, nilai suatu pekerjaan
berdasarkan kriteria internal
dan/atau eksternal.
(Hamalik O. 1994. Kurikulim dan
Pembelajaran. Bumi Aksara: Jakarta)
2.
Mantra Afektif
Matra afektif adalah sikap, perasaan, emosi dan
karakteristik moral yang merupakan aspek-asek penting perkemabangan siswa.
Krathwohl, Bloom, dan Masia, mengembangkan hierarki matra ini, yang terdiri
dari :
a. Penerimaan (receiving):
suatu keadaan sadar, kemauan untuk menerima, perhatian terpilih. Contohnya :
siswa mempertunjukkan kemampuan untuk mendengarkan rekaman music rock, tetapi mengekspresikan perasaan yang
lemah terhadap music tersebut.
b. Sambutan ( responding ) :
suatu sikap terbuka kearah sambutan ; kemauan untuk merespon; kepuasan yang
timbul karena sambutan. Misalnya : siswa memutuskan untuk merespon pada lagu
yang disajikan dan mengalami kesenangan /kepuasan karenanya.
c. Menilai (valuing) :
penerimaan nilai-nilai, preferensi terhadap suatu nilai, membuat kesepakatan
berhubungan dengan nilai. Contoh : siswa menilai music dangdut,
menghubungkannya dengan system penilaian sendiri, dan membentuk suatu
kesepakatan sehubungan dengan pentingnya music tersebut.
d. Organisasi (organization) :
suatu konseptualisasi tetang suatu nilai, suatu organisasi dari suatu system
nilai. Contoh : siswa menyatuhkan aspirasinya yang baru menjadi/ke dalam system
nilainya sendiri mengenai musik atau kulturnya sendiri.
e. Karakterisasi dengan suatu
konsep nilai : suatu formasi mengenai perangkat umum,
suatu manifestasi dari pada kompleks nilai. Contoh : siswa menyatuhkan nilai
music ke dalam kehidupan pribadi dan menerapkan konsep tersebut pada hobi
pribadinya, atau minat atau kariernya.
Tingkat-tingkat pada hierarki ini tampak kurang jelas
perbedaannya antara yang satu dengan yang lainnya dan kurang tampak pada siswa,
lain halnya pada matra kognitif.
(Hamalik O. 1994. Kurikulim dan
Pembelajaran. Bumi Aksara: Jakarta)
3. Matra Psikomotorik
Matra psikomotorik adalah kategori ketiga tujuan
pendidikan, yang menunjuk pada gerakan-gerakan jasmaniah dan control jasmaniah.
Kecakapan-kecakapan fisik dapat berupa pola-pola gerakan atau keterampilan
fisik yang khusus atau aturan keterampilan. Jenis tingkah laku umum dalam matra
psikomotorik menurut Singer dan Dick (1974) terdiri dari :
a. contacting,
manipulating, and/or moving object;
b. controlling the ody or object, as in balancing;
c. moving and/on controlling the body or parts of
the body in space in a brief timed act or sequence under predictable and/or
unpredictable conditions;
d. making controlled, appropriate sequential
movements ( not time restriced) in a predictable and/or unpredictable and
changing situation.
Struktur
hierarki tujuan-tujuan psikomotorik dikembangkan oleh Elizabeth Simpson
(1966-67), sebagai berikut :
1. Persepsi ( perception
). Penggunaan lima organ indra untuk memperoleh kesadaran tentang tujuan dan
untuk menerjemahkan menjadi tindakan (action ). Contoh : ketika bermain volly
ball, siswa menggunakan penglihatan, pendengaran, dan stimulasi untuk menyadari
unsur-unsur fisik dari pada permainan itu.
2. Kesiapan (set ).
Dalam keadaan siap untuk merespon secara mental, fisik, dam emosional. Contoh :
seorang siswa menunjukkan kesiapan fisik dan sikap untuk melalukan kegiatan,
misalmya siap start berengang.
3. Respons terbimbing ( guided
response ). Bantuan yang diberikan kepada siswa
melalui pertunjukan peran model, misalnya setelah guru mendemonstrasiakan suatu bentuk tingkah laku, lalu siswa
mempraktikannya sendiri.
4. Mekanisme.
Respons fisik yang telah dipelajari menjadi kebiasaan misalnya menunjukkan
keterampilan kerja kayu setelah mengalami pelajaran sebelumnya.
5. Respons yang unik ( complex
overt response ). Suatu tindakan motoric yang rumit
dipertujukkan dengan terampil dan efisien. Misalnya, setelah siswa latihan
mengetik, maka dia dapat melaksanakan tugas-tugas yang ditunjukkan secara
lengkap tanpa kesalahan dan kecelakaan tinggi.
6. Adaption.
Mengubah respons-respons dalam situasi-situasi yang baru. Misalnya, setelah
mempelajari bermain basket ball, siswa menerapkan keterampilan-keterampilan yang
telah dipelajari itu dalam bermain basket.
7. Originasi.
Menciptakan tindakan-tindakan baru. Misalnya setelah menyelesaikan pelajaran
cara terjun ke dalam kolam, siswa menciptakan cara-cara terjun baru dengan
menkombinasikan keterampilan yang telah dipelajari dengan eksperimen fisik.
(Hamalik O. 1994. Kurikulim dan
Pembelajaran. Bumi Aksara: Jakarta)
B. Rumus
ABCD
Menurut Oemar Hamalik (2005) bahwa
komponen-komponen yang harus terkandung dalam tujuan pembelajaran, yaitu (1)
perilaku terminal, (2) kondisi-kondisi dan (3) standar ukuran. Hal senada
dikemukakan Mager (Hamzah B. Uno, 2008) bahwa tujuan pembelajaran sebaiknya
mencakup tiga komponen utama, yaitu: (1) menyatakan apa yang seharusnya dapat
dikerjakan siswa selama belajar dan kemampuan apa yang harus dikuasainya pada
akhir pelajaran; (2) perlu dinyatakan kondisi dan hambatan yang ada pada saat
mendemonstrasikan perilaku tersebut; dan (3) perlu ada petunjuk yang jelas
tentang standar penampilan minimum yang dapat diterima.
Merujuk
pada tulisan Hamzah B. Uno (2008) berikut ini dikemukakan beberapa pengertian
yang dikemukakan oleh para ahli. Robert F. Mager (1962) mengemukakan bahwa
tujuan pembelajaran adalah perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat
dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu. Kemp
(1977) dan David E. Kapel (1981) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran suatu pernyataan
yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan
dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan. Henry
Ellington (1984) bahwa tujuan pembelajaran adalah pernyataan yang diharapkan
dapat dicapai sebagai hasil belajar
Sementara itu, Oemar Hamalik (2005) menyebutkan bahwa tujuan
pembelajaran adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan
tercapai oleh siswa setelah berlangsung pembelajaran. Berkenaan dengan
perumusan tujuan yang berorientasi performansi, Dick dan Carey (Hamzah Uno,
2008) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran terdiri atas: (1) tujuan harus
menguraikan apa yang akan dapat dikerjakan atau diperbuat oleh anak didik; (2)
menyebutkan tujuan, memberikan kondisi atau keadaan yang menjadi syarat yang
hadir pada waktu anak didik berbuat; dan (3) menyebutkan kriteria yang
digunakan untuk menilai unjuk perbuatan anak didik yang dimaksudkan pada
tujuan.
Pada bagian lain, Hamzah B. Uno
(2008) mengemukakan tentang teknis penyusunan tujuan pembelajaran dalam format
ABCD.
· A = Audience (petatar, siswa,
mahasiswa, murid dan sasaran didik lainnya), adalah pelaku yang menjadi
kelompok sasaran pembelajaran, yaitu siswa. Dalam TPK harus dijelaskan siapa
siswa yang mengikuti pelajaran itu. Keterangan mengenai kelompok siswa yang
akan manjadi kelompok sasaran pembelajaran diusahakan sespesifik mungkin.
Misalnya, siswa jenjang sekolah apa, kelas berapa, semester berapa, dan bahkan
klasifikasi pengelompokan siswa tertentu. Batasan yang spesifik ini penting
artinya agar sejak awal mereka yang tidak termasuk dalam batasan tersebut sadar
bahwa bahan pembelajaran yang dirumuskan atas dasar TPK itu belum tentu sesuai
bagi mereka
Mungkin
bahan pembelajarannya terlalu mudah, terlalu sulit. Atau tidak sesuai dengan
kebutuhannya. Dalam pembelajaran berwawasan gender, penyebutan siswa perempuan
dan siswa laki-laki alam TPK kadangkadang ditekankan, terutama jika jenis
perilaku yang menjadi target belajar bagi kedua jenis kelamin dibedakan
levelnya, misalnya dalam pelajaran olahraga. Begitu pula, dalam pembelajaran
terhadap kelas yang dibagi atas beberapa kelompok yang bahan pembelajarannya
diklasifikasi atas dasar kemampuan individu siswa, maka penyebutan klasifikasi
siswa tersebut juga perlu tercantum pada TPK masing-masing.
·
B
= Behavior (perilaku yang dapat diamati sebagai hasil belajar), adalah
perilaku spesifik khusus yang diharapkan dilakukan siswa setelah selesai
mengikuti proses pembelajaran. Perilaku ini terdiri atas dua bagian penting,
yaitu kata kerja dan objek. Kata kerja menunjukkan bagaimana siswa mempertunjukkan
sesuatu, seperti: menyebutkan, menganalisis, menyusun, dan sebagainya. Objek
menunjukkan pada apa yang akan dipertunjukkan itu, misalnya contoh kalimat
pasif, kesalahan tanda baca dalam kalimat, karangan berdasarkan gambar seri,
dsb. Komponen perilaku dalam TPK adalah tulung punggung TPK secara keselutuhan.
Tanpa perilaku yang jelas, komponen yang lain menjadi tidak bermakna.
·
C
= Condition (persyaratan yang perlu dipenuhi agar perilaku yang
diharapkan dapat tercapai, adalah kondisi yang dijadikan syarat atau alat yang
digunakan pada saat siswa diuji kinerja belajarnya. TPK yang baik di samping
memuat unsur penyebutan audiens (siswa sebagai sasaran belajar) dan perilaku,
hendaknya pula mengandung unsur yang memberi petunjuk kepada penyusun tes
mengenai kondisi atau dalam keadaan bagaimana siswa diharapkan mempertunjukkan
perilaku yang dikehendaki pada saat diuji.
·
D
= Degree (tingkat penampilan yang dapat diterima), adalah derajat atau
tingkatan keberhasilan yang ditargetkan harus dicapai siswa dalam
mempertunjukkan perilaku hasil belajar. Target perilaku yang diharapkan dapat
berupa: melakukan tanpa salah, dalam batas waktu tertentu, pada ketinggian
tertentu, atau ukuran tingkatan keberhasilan lainnya. Tingkat keberhasilan
ditunjukkan dengan batas minimal dari penampilan suatu perilaku yang dianggap
dapat diterima. Di bawah batas itu, siswa dianggap belum mencapai tujuan
pembelajaran khusus yang telah ditetapkan.
Contoh
rumusan tujuan pembelajaran dalam pembelajaran ekonomi. Setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran diharapkan:
Ranah Kognitif:
Siswa
kelas I dapat menjelaskan ciri-ciri
pasar persaingan sempurna dengan benar
A
B
C
D
setelah
mendengarkan penjelasan guru.
C
Ranah Afektif:
Setelah
mendengarkan uraian guru mengenai teori permintaan diharapkan siswa kelas I dapat
C
A
menjabarkan teori permintaan 80%
B
D
Ranah Psikomotorik:
Siswa
kelas II dapat mengidentifikasikan
masalah inflasi dengan benar
A
B
D
setelah
membaca dari situs internet.
C
Meski
para ahli memberikan rumusan tujuan pembelajaran yang beragam, tetapi semuanya
menunjuk pada esensi yang sama, bahwa: (1) tujuan pembelajaran adalah
tercapainya perubahan perilaku atau kompetensi pada siswa setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran; (2) tujuan dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau deskripsi yang
spesifik. Yang menarik untuk digaris bawahi yaitu dari pemikiran Kemp dan David
E. Kapel bahwa perumusan tujuan pembelajaran harus diwujudkan dalam bentuk
tertulis. Hal ini mengandung implikasi bahwa setiap perencanaan pembelajaran
seyogyanya dibuat secara tertulis (written plan).
http://catarts.wordpress.com/2012/06/15/taksonomi-tujuan-pendidikan-bloom/
Bab III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Taksonomi tujuan pendidikan merupakan suatu kategorisasi
tujuan pendidikan, yang umumnya digunakan sebagai dasar untuk merumuskan tujuan
kurikulum dan tujuan pembelajaran. Taksonomi tujuan pembelajaran terdiri dari
domain-domain kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ketiga domain atau ranah ini
harus dilaksanakan secara bersama-sama dan seimbang demi menciptakan siswa yang
berpengetahuan, aktif, dan yang berketerampilan tinggi.
B. Saran
Saran dari kami kelompok agar kita sebagai calon guru agar
dapat menerapkan domain domain atau ranah ini di mana kita akan mengabdi nanti
sehingga akan melahirkan siswa yang berbidi pekerti dan juga berakhlak mulia.
DAFTAR
PUSTAKA
Hamalik O. 1994. Kurikulim dan
Pembelajaran. Bumi Aksara: Jakarta
Makasih ya sob udah share ..............
BalasHapusbisnistiket.co.id